Inovasi Pembelajaran Era Pandemi

Kencong (28/2) – Pada artikel ini kami menyampaikan betapa banyak orang-orang yang selama ini terdampak oleh pandemi COVID-19. Hampir semua sektor terkena dampak tak terkecuali di bidang pendidikan dan pembelajaran. Para guru berlomba-lomba untuk memberikan pembelajaran terbaik mereka demi peserta didiknya tetap bisa belajar walaupun terdampak PPKM dibeberapa daerah termasuk didaerah Kencong sendiri.

Dari masa pandemi inilah para guru dituntut untuk selalu memiliki inovasi baru dalam mengembangkan pembelajarannya. Dari beberapa guru yang terdapat diberbagai lembaga khususnya sekolah-sekolah didaerah Kencong, cara mereka mengembangkan pembelajaran dengan seribg mengikuti pelatihan baik secara daring ataupun secara langsung. Dari situlah para guru akan menemukan model-model pembelajaran baru serta strategi yang tepat untuk menyampaikan materi pembelajaran diera pandemi ini.

Dari usaha yang dilakukan oleh para guru demi tetap mempertahankan kemajuan pendidikan untuk peserta didiknya, akhirnya mereka menemukan solusi dari berbagai kasus yang mereka alami selama ini. Kasus-kasus pengembangan inovasi pembelajaran ini cukup menarik dan bervariasi, mudah-mudahan menjadi inspirasi dan masukan baik bagi sesama guru, tenaga kependidikan, ataupun para pengambil kebijakan. 

  1. Model Blended dengan Melibatkan Orang Tua

Bu Khusnul, guru SD Swasta di Kencong telah mengembangkan inovasi pembelajaran dengan menggabungkan (blend) berbagai pendekatan. Permasalahan yang dihadapi, antara lain, siswa umumnya tidak memiliki gawai. Untuk akses internet, siswa menggunakan HP orangtua. Sedangkan pada siang hari HP tersebut dipakai untuk bekerja, sehingga siswa hanya punya waktu malam hari.

Bu Khusnul mengupload bahan belajar pada youtube malam hari, beliau juga meminta orang tua agar mendampingi putra putrinya saat membuka youtube di malam hari. Berikut penuturan Bu Khusnul :

Saya Khusnul, guru kelas 2 SD Assunniyyah kecamatan Kencong, Jember. Sekolah kami berada tak jauh dari pusat kecamatan, sehingga tidak dapat dipungkiri jika jalan disekitar sekolahan itu ramai. Rata-rata penduduk di sekitar sekolah kami bekerja sebagai buruh tani dan pedagang karena lokasi sekolah juga berdekatan dengan Kawasan persawahan dan pasar tradisional . Sebagian lagi bekerja sebagai guru, dan pegawai pabrik.

Wilayah sekolah kami ini termasuk dalam level 2 untuk saat ini dari awal pandemi covid-19 hingga bulan Februari 2022. Kondisi ini menyebabkan sekolah kami tidak dapat menyelenggarakan pembelajaran tatap muka. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan full daring. Namun demikian kami tetap melayani peserta didik yang tidak memiliki gadget, dengan cara melakukan home visit dan tetap mengikuti protokol kesehatan. Namun pada kenyataannya disekolah kamu hampir semua siswa/orang tua sudah memiliki gadget yang memadai untuk melakukan daring.

Permasalahan pembelajaran yang kami hadapi selama pandemi adalah: 

  • Siswa kurang semangat belajar, beberapa wali murid mengeluh dengan kegiatan belajar jarak jauh. Diantaranya karena anak cenderung tidak patuh kepada orang tua dan anak lebih mendengar kata-kata gurunya. Serta terlalu banyak bermain gadget sehingga terkadang lupa akan tugas yang diberikan oleh gurunya.
  • Beberapa siswa tidak memiliki gadget, gadget dibawa orang tua bekerja, 1 HP digunakan bergantian dengan kakak/adik, dan kehabisan kuota internet.

Saya menggunakan model pembelajaran flipped classroom dan blended learning (tatap muka virtual dengan zoom atau video call melalui whatsapp serta penugasan di google classroom). Saya membuat video pembelajaran lalu memposting materi tersebut di youtube dan mengirim link youtube ke classroom pada pagi hari. Harapan saya keluarga dapat mendampingi belajar karena pada malam hari semua anggota keluarga ada di rumah. Sehingga ketika besoknya HP dibawa bekerja, anak sudah mendapatkan materi belajar dan sudah mempelajari bersama orang tua.  

2. Pembelajaran Asynchronous dengan Media Pembelajaran berbasis Android

Bu Hatika seorang guru bahasa inggris di SMP An-Nisa kecamatan Gumukmas menghadapi siswa dengan masalah kebosanan belajar daring. Berbagai upaya sudah dilakukan, antara lain dengan memanfaatkan berbagai media pembelajaran, menerapkan model pembelajaran. Salah satu cara yang beliau tempuh adalah dengan mengembangkan sendiri media pembelajaran berbasis android, sehingga dapat diakses oleh siswa di mana saja dan kapan saja dengan gawai yang ada di tangan mereka. Sebagian besar waktu kegiatan pembelajaran dilakukan secara asynchronous. Berikut ini penuturan Bu Yessi:

Berdasarkan permasalahan yang ditemui selama pembelajaran di masa pandemi covid-19 ini, maka dilakukan perbaikan pembelajaran. Berbekal dengan keterampilan dalam membuat media pembelajaran menggunakan aplikasi iSpring dan Smart Apps Creator, maka guru merancang media pembelajaran berbasis android yang dapat dipergunakan secara offline (Smart Apps Creator) serta sistem online dan offline (menggunakan iSpring Suite 9) dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi salah satunya adalah SOLE, flipped classroom dan Project Based Learning yang disesuaikan dengan karakteristik materi ajar.

Pembelajaran tetap dilaksanakan secara asinkron menggunakan aplikasi yang sudah dibangun dan disesuaikan dengan kecepatan peserta didik. Bahan ajar, LKS, latihan soal dalam bentuk games dan evaluasi semua dikemas dalam satu aplikasi, video pembelajaran dimuat dalam aplikasi tersebut. 

Penyusunan media pembelajaran didasarkan pada konsep pembelajaran kontekstual atau menerapkan wawasan green chemistry dalam praktikum percakapan bahasa inggris. Siswa dapat melakukan percobaan percakapan menggunakan alat dan bahan yang tersedia di rumah dengan menerapkan konsep green chemistry berdasarkan LKS yang telah disusun oleh guru.

Hasil percobaan/praktikum siswa dilaporkan melalui instagram yang dilaporkan secara kelompok. Peserta didik dapat memilih waktu untuk mengupload hasil praktikum, karena beberapa siswa yang kesulitan akses internet. Pelaporan berupa foto-foto alat dan bahan, proses praktik dan hasil praktik.

Selain itu, siswa yang memiliki kompetensi yang lebih baik dan tinggal di daerah yang akses internetnya kuat dapat membuat konten berupa video kemudian mengupload ke YouTube dan berbagi link ke guru.

Pembelajaran dengan memanfaatkan aplikasi yang dibangun dari iSpring Suite dan Smart Apps Creator dan menerapkan praktikum berbasis green chemistry pada materi yang berpraktikum dan pemanfaatan Instagram dapat melatih literasi bahasa peserta didik serta literasi digital peserta didik.

3. Pembelajaran dengan Memanfaatkan Kelas Maya

Bu Umi adalah seorang guru SD di kota Jember. Permasalahan yang dihadapi antara lain siswa malas mengikuti kelas daring karena sedang bekerja, tidak punya perangkat, payah belajar dengan menggunakan IT. Akibatnya semakin banyak siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran. Untuk mengatasi hal ini, Bu Umi mencoba menggunakan LMS Kelas Maya Rumah Belajar. Namun untuk itu beliau harus terlebih dahulu memberikan bimbingan penggunaan LMS secara tatap muka bergantian.  

Sekitar Bulan Maret Tahun 2020, mendadak kegiatan mengajar yang selama ini saya laksanakan harus dihentikan dikarenakan sedang merebaknya wabah Pandemi COVID 19. Pada bulan Januari Tahun 2022 kemaren sekolah sempat melakukan tatap muka namun secara bergantian (shift), setelah berjalan sekitar 3 mingguan pemerintah mengeluarkan surat edaran bahwasanyya sekolah harus dilakukan secara daring karena terdapat varian virus baru yaitu omicron yang sudah menyebar dihampir seluruh kecamatan khususnya di kabupaten Jember.

Saya dituntut untuk tetap memberikan pembelajaran, tetapi tidak boleh secara langsung tatap muka dengan siswa. Pada saat itu saya tidak punya ide apa yang harus saya lakukan. Kebetulan Bimbel anak saya juga melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Mereka memakai whatsapp group sebagai sarana. Guru Bimbelnya mengirimkan percakapan absensi, membagi video materi, bertanya, dan siswa bimbel harus menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru bimbel saat itu juga dan langsung dinilai. Saya langsung mengadopsi cara ini. Tetapi saya menghadapi kendala diantaranya tidak semua siswa memiliki Android atau Smartphone sendiri karena siswa kami hampir sebagian besar berasal dari keluarga kurang mampu sehingga pembelajaran hanya diikuti oleh 4 orang siswa yang aktif, kejadian seperti itu berlangsung di semua kelas yang saya ampu .

Kebetulan ada seorang teman saya yang mengirimkan informasi tentang PembaTIK Kemdikbud. Saya langsung mengikuti. Setelah belajar banyak, saya mengubah strategi di tahun ajaran baru.

Tahun ajaran baru 2021 semester ganjil setelah mengenal LMS Kelas Maya Rumah Belajar, saya menggunakannya sebagai kelas virtual saya. Dan komunikasi tetap menggunakan whatsapp group. Kendala yang saya hadapi adalah siswa belum siap menggunakan teknologi, sehingga saya harus bekerja sampai larut malam hanya untuk membantu siswa yang sedang kesulitan mengumpulkan tugas di Kelas Maya Rumah Belajar.

Selain itu keaktifan siswa juga semakin berkurang karena mereka malas mengikuti kelas daring dengan berbagai alasan, tidak punya perangkat, payah belajar dengan menggunakan IT. Akibatnya semakin banyak siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran.

Di semester genap TP 2021/2022, saya kembali mengubah strategi. Saya tetap menggunakan kelas Virtual yaitu Kelas Maya Rumah Belajar, dan saya meminta siswa datang ke sekolah dengan cara bergantian. Saat disekolah saya membimbing siswa untuk memakai Kelas Maya Rumah Belajar. Kesulitan siswa bukan semata di Mata Pelajaran, tetapi juga di Penggunaan IT. Setelah melakukan strategi ini, semua siswa dapat tuntas dalam pembelajaran.

Di tahun ajaran baru ini, saya menggantikan tatap muka langsung dengan tatap muka virtual. Saya memakai google site sebagai papan informasi kepada siswa yang berupa Materi Pembelajaran, Link tatap muka virtual dan kantong tugas. Jika ada siswa yang masih kesulitan dalam pembelajaran, saya mengajak siswa tersebut untuk tatap muka virtual instan, dan saya meminta siswa menunjukkan kesulitannya dalam mengerjakan tugas yang saya berikan. Cara ini sangat efektif untuk meningkatkan keinginan belajar siswa dan keterampilan siswa. 

4. Pembelajaran Berorientasi pada Keaktifan Siswa

Bu Intan bertugas di sekolah perkotaan dengan sarana TIK sangat memadai. Permasalahan yang dihadapi adalah kondisi kepemilikan gawai siswa yang heterogen serta keinginan siswa untuk segera kembali masuk sekolah seperti biasa. Solusi yang diambil adalah pembelajaran dilakukan dengan mengunjungi siswa yang tidak punya gawai dan menerapkan pembelajaran daring bagi siswa yang memiliki akses internet. 

Platform yang digunakan adalah Google Classroom dengan kombinasi konten yang disediakan pada blog pribadi. Untuk mengatasi kerinduan siswa ke sekolah, Bu Intan juga menyelenggarakan tatap muka secara daring. Berikut ini adalah penuturan Bu Intan:

SMP Negeri 2 Jember terletak di Kecamatan Sumbersari dengan lokasi strategis (pusat kota)  dan merupakan sekolah dengan jumlah peserta didik terbanyak yaitu 890 Siswa dan terdiri dari 27 Rombongan Belajar (kelas VII 9 Rombel, Kelas VIII 9 Rombel, Kelas IX 9 Rombel, Jumlah Guru 54  dan Tendik 9 orang). Sarana dan prasarana memadai.  Sarana IT memadai dan jaringan internet kondisinya lancar. 

Permasalah pembelajaran yang dihadapi adalah kepemilikan gawai yang heterogen. Sebagian siswa tidak memiliki perangkat TIK, sehingga tidak bisa akses ke internet. Di samping itu, peserta didik sudah sangat ingin kembali ke sekolah dan berinteraksi dengan teman serta guru-gurunya. 

Solusi yang diambil adalah dengan mengunjungi peserta didik yang terbatas pada gawai dan kuota (sudah dilakukan walaupun kami akui masih sangat terbatas). Sedangkan bagi siswa yang dapat akses ke internet dilakukan pembelajaran dengan moda dan aplikasi pembelajaran daring  sehingga pembelajaran yang disajikan menarik bagi peserta didik. Menggiatkan pembelajaran menggunakan vicon (Google meet) agar dapat meminimalisir kerinduan siswa akan sahabat dan gurunya.

Model pembelajaran dan strategi atau langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan beberapa model pembelajaran daring kombinasi dan daring yang berorientasi pada keaktifan siswa seperti  PJBL, Blended learning, Flipped Classroom sehingga peserta didik mendapatkan pembelajaran yang bermakna dan mendapatkan tujuan belajarnya. 

Platform yang digunakan untuk pembelajaran adalah Google Class Room. Materi pembelajaran disajikan menggunakan sumber belajar digital dan non-digital. Pembelajaran, penugasan dan penilaian dilakukan baik secara synchronous maupun asynchronous. Agar pembelajaran dapat berlangsung dua arah maka beberapa guru juga memanfaatkan dengan memanfaatkan fitur, aplikasi-aplikasi diskusi interaktif virtual seperti Padlet, Jamboard dan Menti, Google Slide, papan tulis virtual dll. Penggunaan aplikasi ini memungkinkan  peserta didik untuk menyalurkan ide, pendapat, masukan, umpan balik sehingga menjadi semacam ruang diskusi bagi guru dan peserta didik. 

5. Pembelajaran dengan Menyesuaikan Kondisi Siswa

Bu Rifa, guru kelas 1 SD Negeri 1 Kasian Jember menghadapi masalah yang lebih serius dibanding dengan guru-guru di daerah lainnya. Permasalahan utama  adalah kurangnya motivasi siswa untuk belajar secara daring. Di samping itu, tidak adanya perangkat dan koneksi jaringan menjadi alasan lain. Oleh karena itu, Bu Rifa terpaksa harus mencetak (print) materi dan soal-soal, kemudian mengantarkannya ke rumah siswa.

Sementara itu, bagi siswa yang memiliki koneksi internet dapat mengikuti pembelajaran secara daring. Untuk pembelajaran daring asynchronous terutama digunakan Whatsapp (WA). Sedangkan media pembelajaran antara lain video, powerpoint, infografis, dll. Berikut penuturan Bu Rifa :

Nama Siti Musrifah, S.Pd, unit kerja di SDN 1 Kasian Jember. Situasi  Sekolah Saat ini siswa belajar dari rumah dengan sistem daring, guru-guru mengadakan daring dari sekolah. Permasalahan pembelajaran yang dihadapi antara lain;  tidak semua siswa terjangkau belajar secara daring, siswa kurang minat dalam pembelajaran, siswa mengeluh kuota internet dan gadget yang tidak ada. Sedangkan solusi  yang diambil; bagi siswa yang tidak terjangkau daring kami memprint dan mengkopi materi atau soal di antar ke rumah siswa, menumbuhkan semangat belajar siswa dengan metode dan model pembelajaran yang bervariasi, serta menghubungi siswa atau orang tua yang tidak aktif daring.

Proses pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi WA

  1. Pertama menyapa siswa melalui Whatsapp, menanyakan kabar dan keadaan siswa
  2. Memberikan materi dibagikan di WA dengan video, gambar, infografis, poster, dll
  3. Mengadakan tanya jawab di WA
  4. Mengadakan kuis dengan Kahoot, Quizizz
  5. Mengadakan penilaian melalui google classroom dan print soal diantar ke rumah siswa

Bu Rani di SMK Swasta Kencong menghadapi masalah yang lebih kurang sama dengan Bu Rifa. Banyak diantara siswa yang kurang minat (malas) untuk belajar secara daring. Bahkan sebagian siswa memanfaatkan waktu BDR untuk bekerja paruh waktu di perusahaan tambang inkonvensional timah. Untuk mengatasi masalah tersebut Bu Rani melakukan pembelajaran tatap muka secara terbatas. Namun banyak orangtua yang keberatan karena kasus covid di Bangka sangat tinggi. 

Berikut ini penjelasan Bu Rani: Bagi siswa yang memiliki akses internet, dilakukan pembelajaran secara daring. Materi pembelajaran dan tugas saya letakkan di blog ataupun Google Classroom  (GCR), sehingga siswa yang tatap muka di sekolah dan daring dapat membaca materi dan mengerjakan tugas. Praktek yang seharusnya menggunakan laptop saat pandemi memanfaatkan aplikasi yang ada di Android, antara lain Google doc, Google sheet, Google Slide. Siswa tergabung di grup WA Guru dan GCR Guru sehingga dapat mengakses materi dan tugas yang Guru berikan. Guru dan siswa dapat berdiskusi secara maya dan saat giliran tatap muka siswa dapat mempresentasikan/ mendemonstrasi kan hasil kerja siswa. Pendekatan yang dilakukan baik oleh Bu Rani dan Bu Rifa adalah menyesuaikan pembelajaran dengan kondisi siswa.  

Kesimpulan

Dari sejumlah contoh kasus di atas menunjukkan telah tumbuhnya kreativitas dan inovasi pembelajaran oleh para guru sebagai respon terhadap pandemi.  Pada inovasi tersebut dapat ditemukan sejumlah perubahan penting yang bukan sekedar perubahan teknologi tapi juga perubahan nilai, antara lain; 

1) pembelajaran asynchronous telah mengubah pola jam belajar di sekolah yang semula terbatas menjadi jam belajar yang tidak terbatas, 2) peran guru mengalami perubahan bukan hanya terbatas sebagai pengajar di kelas, namun menjadi fasilitator, motivator, bahkan kreator pembelajaran, 3) sebagai konsekuensi dari point 1 dan 2 tersebut, tugas layanan guru menjadi tidak terbatas dengan jam mengajar, tapi menjadi guru sebagai penyedia layanan belajar 24 jam, 4) kerjasama antara guru dengan orang tua murid menjadi sangat jelas diperlukan, di mana orang tua murid harus kembali memegang peran utama dalam pendidikan anak, sedangkan guru sebagai peran pendukung atau fasilitator saja.

Secara umum para guru megembangkan inovasi pembelajaran di era pandemi dengan tetap memperhatikan kaidah ilmiah dengan langkah-langkah sistematis sebagai berikut; 1) Melakukan analisis permasalahan, 2) Mengidentifikasi solusi (penyelesaian) masalah, 3) Menyusun rancangan pembelajaran, 3) Menyiapkan bahan dan sumberdaya, 4) Melaksanakan aktivitas pembelajaran, 5) Melakukan evaluasi dan revisi.

Dari sejumlah kasus yang telah disebutkan di atas, kita dapat memahami, pembelajaran adalah seni. Seni para guru mengolah dan menata semua komponen pembelajaran sehingga terjadi harmoni sesuai dengan ritme dan gaya belajar siswa, pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan.

Terdapat beberapa kemiripan permasalahan yang dihadapi, antara lain; tidak meratanya kepemilikan gadget, terbatasnya ketersediaan kuota internet, serta motivasi belajar  siswa yang menurun. Menghadapi kondisi yang bervariasi tersebut,  para guru telah melakukan pembelajaran secara bervariasi sesuai dengan kondisi siswa. Artinya, guru telah memperhatikan kebutuhan belajar siswa secara individual.

, , ,

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai